Experiential Learning adalah sebuah metode atau juga cara pembelajaran yang unik dan keluar dari kebiasaan umum. Yang ternyata, berbeda dengan pola pendidikan formal lain nya. Experiential Learning atau EL memiliki pastinya keunikan tersendiri baik, mulai dari konsep, pelaksanaan hingga akhir proses.
Metode experiential learning ialah proses belajar yang utamanya menitik beratkan pada pengalaman yang telah dilalui seseorang. Dalam metode ini, individu ikut secara langsung dalam proses belajar dan juga menentukan sendiri pengalaman yang di bagikan kepada orang lain.
Orang lain akan mendapatkan berbagai pengalaman dari setiap orang yang memiliki pengalaman yang unik dan juga khas. Karena tidak semua orang tersebut mengalami pengalaman juga pembelajaran yang sama.
Experience Is The Best Teacher
Confusius ternyata pernah mengungkapkan sebuah pepatah ber abad – abad yang lalu dan masih terkenal hingga sekarang.
” What I hear, I forget, what I hear and see, I remember a little, what I hear, see and ask questions about or discus with some one else, I begin to understand, what I hear, see, discus, and I do, I acquire knowledge and skill, what I teach to another, I master. ” – Confusius –
Maka, jika pernyataan Confusius tersebut dikembangkan secara sederhana, Maka akan di dapat suatu cara belajar.
Yakni, berupa cara belajar dengan cara mendengar akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan orang lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbaik adalah dengan mengerjakan.
Ternyata dengan mengalami materi belajar secara langsung, di harapkan seseorang dapat lebih membangun makna serta kesan dalam memori atau ingatannya.
Dan dengan kata lain sebuah pengalaman secara langsung akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemampuan atau juga kompetensi seseorang.
Experience menjadi Experiential Learning
Dalam kamus terjemahan bahasa inggris, ternyata, kata experiential terhubung dengan kata experience dan memiliki arti yang sama yakni “pengalaman”. Dan juga semua praktisi pendidikan luar ruang atau Outbound di Indonesia Sepakat. Bahwa akhiran “tial” dalam kata experiential merujuk kepada pemaknaan sebuah “proses”.
Namun, apa perbedaan experiential learning dengan experiential education ?. Dan juga mengapa dalam kegiatan outbound menggunakan metode ini ?.
Experiential Education (EE)
Experiential Education adalah filosofi pengajaran yang menginformasikan banyak metodologi di mana pendidik sengaja terlibat dengan peserta didik dalam pengalaman langsung dan refleksi terfokus untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, memperjelas nilai-nilai, dan mengembangkan kapasitas masyarakat untuk berkontribusi pada komunitas mereka.
(EL) Experiential Learning
Pembelajaran berbasis pengalaman atau Experiential Learning adalah sebuah metodelogi pembelajaran yang melibatkan peserta secara langsung. Agar mendapatkan pengalaman pembelajaran lewat sebuah skenario aktivitas yang di desain sedemikan rupa sesuai dengan tujuan tertentu.
Association for Experiential Education (AEE), mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah falsafah dan metode di mana pendidik memotivasi peserta didik dengan terlibat secara langsung, dan upaya meningkatkan pengetahuan di lakukan dengan berfokus pada refleksi, serta meningkatkan keterampilan.
Outbound
Outbound adalah sebuah cara atau bentuk kegiatan pembelajaran bagi sumber daya manusia dengan tujuan melatih, mengembangkan serta meningkatkan kompetensi dari seseorang. Dengan menggunakan metodelogi pembelajaran Experiential Learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Serta menjadikan media luar ruang sebagai sarana atau tempat pembelajaran itu berlangsung, dan juga media permainan atau aktivitas sebagai stimulus memunculkan tujuan yang di maksud.
Baca Juga :
Outbound Training Untuk Pelatihan dan Pengembangan SDM
Outbound | Sejarah, Pengertian, Jenis dan Manfaat Outbound
Team Building | Together Everyone Achieve More
Berdasar definisi – definisi di atas, menyimpulkan adanya korelasi atau relevansi antara sebuah experiential education sebagai filosofis pendidikan. Experiential learning sebagai metode pembelajaran. Serta kegiatan pelatihan outbound sebagai cara atau bentuk sebuah kegiatan untuk melatih dan mengembangkan sumber daya manusia.
Pada akhirnya EL menjadi sebuah metode pembelajaran yang di gunakan dalam kegiatan pelatihan outbound khususnya di Indonesia.
Sejarah Experiential Learning
Konsep umum belajar melalui pengalaman Sudah dimulai sejak jaman kuno. Sekitar 350 SM, Aristoteles menulis dalam Nicomachean Ethics.
“Untuk hal-hal yang harus kita pelajari sebelum kita dapat melakukannya, kita belajar dengan melakukannya”. – Aristoteles –
Banyak istilah yang di gunakan untuk menyebut proses pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning ini. John Dewey tahun 1915 menyebut dengan istilah “learning by doing” (Belajar dengan melakukan). Wolfe dan Byrne pada tahun 1975 memakai istilah “experienced based learning” (pembelajaran berbasis pengalaman). Sedangkan David A. Kolb [ada tahun 1984 menggunakan istilah “Experiential Learning” (Pembelajaran pengalaman).
Sebetulnya banyak referensi tentang experiential learning sejak jaman dahulu. Namun yang terkenal dan jadi sumber referensi adalah teori modern experiential learning dari David A. kolb. Ia sejak tahun 1970 mulai mengembangkan metode El ini yang merujuk kepada karya para pendahulunya seperti John Dewey, Kurt Lewin dan Jean Piaget.
David A. Kolb dan Experiential Learning
David A. Kolb Adalah Profesor perilaku organisasi. di sekolah manajemen Weatheread. Lahir pada tahun 1939, Kolb menerima gelar sarjana dari Knox College pada tahun 1961, gelar MA dari Harvard di tahun 1964 dan mendapatkan gelah PhD nya pada tahun 1967 dari Harvard juga.
David A. Kolb memiliki minat pada sifat individu dan perubahan sosial, pembelajaran pengalaman, pengembangan karir dan pendidikan eksekutif dan profesional.
David A.Kolb merupakan tokoh peningkatan implementasi experiential learning. Ia mendefinisikan belajar sebagai ” The process where by knowledge is created through transformation of experience ” yang artinya, sebuah proses di mana pengetahuan di kreasikan atau di buat melalui sebuah tranformasi pengalaman.
Bagi Kolb sebuah proses belajar bukan sekedar menerima dan mentransfer materi pelajaran, melainkan harus ada interaksi antara materi pelajaran dengan pengalaman yang saling terhubung satu sama lain.
Siklus Metode Experiential Learning David A. Kolb
Ada empat siklus metode experiential learning yang di jabarkan oleh David A. Kolb (dibantu oleh Roger Fey). Empat siklus ini di kembangkan dari teori pendahulunya yakni John Dewey dan Kurt Lewin.
Siklus ini di sebut juga Model Experiential Learning Lewinian menurut Kolb ( Kolb 1984 : 21). Akan tetapi, akan menyesatkan untuk menyebut model ini sebagai model Lewinian. Dalam presentasinya Kolb tidak mengacu pada Lewin. Sebaliknya ia menggunakan sumbernya, sebuah laporan yang ditulis oleh Ronald Lippit tentang perusahaan pelatihan dan pengembangan terkenal yang diselenggarakan oleh Lewin dan rekan-rekannya, pada tahun 1946, di Pusat Penelitian untuk Dinamika Grup di Institut Teknologi Massachusetts (MIT).
Terlepas apapun kondisi nya, teori siklus metode experiential learning ini masih menjadi referensi dan acuan untuk penerapan dalam pelaksanaa sebuah proses pembelajaran pengalaman di Indonesia maupun di dunia.
Berikut penjabaran empat tahap siklus experiential learning menurut kolb.
1. Concrete Experience / CE (Feeling)
Concrete Experience di definisikan sebagai sebuah proses keterlibatan secara penuh dari seseorang dalam sebuah proses pembelajaran. Dengan tujuan merasakan dan mengalami secara langsung sebuah proses pengalaman belajar pada saat ini dan di sini ( here and now ).
Merasakan (Feeling) secara langsung adalah fokus utama di tahap ini. Artinya seseorang terlibat secara aktif dan penuh motivasi dalam sebuah proses pengalaman baru untuk mendapatkan sebuah pengalaman dengan bentuk dinamika keberhasilan dan kegagalan dalam sebuah proses aktivitas pembelajaran.
2. Reflections and Observations / RO (Watching)
Tahap ini di definisikan sebagai sebuah proses mengamati lingkungan dari perspektif atau sudut pandang yang beraneka ragam sebelum membuat dan membentuk sebuah keputusan.
Mengamati atau Watching merupakan fokus utama di tahap ini. Berdasar terhadap dinamika keberhasilan atau kegagalan di tahap Concrete experience sebelumnya. Seseorang akan berproses untuk mengamati dan mengobservasi terkait hal poin – poin penyebab dari setiap kendala atau juga poin keberhasilan dari sebuah pengalaman yang di lewati.
Target pengamatan dan observasi antara lain lingkungan sosial, individu dan faktor lain baik yang langsung atau tidak langsung terlibat dalam sebuah proses pembelajaran yang di lakukan.
3. Abstact Conceptualization / AC (Thinking)
Tahap ini di artikan sebuah proses dimana seseorang menganalisa secara logis gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi.
Berpikir atau Thinking adalah hal utama yang menjadi fokus di tahap ini. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di tahap sebelumnya. Seseorang akan mulai berproses untuk berpikir, menganalisa dan menghasilkan pemikiran atau ide – ide yang secara logis dan terukur untuk penyelesaian setiap kendala atau juga nilai yang memperkuat sebuah proses keberhasilan.
4. Active Experimentation / AE (Doing)
Tahap yang berarti, dimana seseorang memiliki kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Mengimplemantasikan atau melakukan (Doing) adalah tahap paripurna dari siklus pembelajaran di tahap ini. Dari merasakan, mengamati dan mengobservasi serta berpikir dan juga menganalisa sebuah proses pengalaman yang di lakukan seseorang dan akhirnya membuat sebuah implementasi tindakan yang nyata dan konkret.
Dengan tujuan menyelesaikan semua kendala atau memperkuat dan mempertahankan sebuah keberhasilan dari pengalaman pembelajaran yang di lakukan.
Tahapan ini akan selalu mengalami siklus berulang dari mulai tahap concrete experience hingga tahap Active Experimentation. Mengapa ? kembali kepada nilai utama dari pembelajaran yang bersifat dinamis, serta juga terkait kendala dan juga keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran.
Itulah mengapa metode ini di sebut juga “SIKLUS” pembelajaran dalam artian sebuah proses yang akan berulang – ulang.
Gaya Belajar David A.Kolb dalam Experiential Learning
Selain penjabaran siklus metode EL di atas, David A.Kolb mempertegas dengan pembagian jenis gaya belajar manusia. Hal ini ia buat agar pemahaman siklus metode EL dapat berjalan dan sesuai dengan masing – masing gaya belajar seseorang dalam artian ketika berproses dalam sebuah pembelajaran pengalaman.
David Kolb dan Roger Fry (1975: 35-6) berpendapat bahwa pembelajaran yang efektif memerlukan kepemilikan empat kemampuan yang berbeda. Akibatnya mereka mengembangkan inventaris gaya belajar (Kolb 1976) yang dirancang untuk menempatkan orang pada garis antara Concrete Experience, dan Abstract Conceptualization ; dan Active Experimentation dan Reflective Observation .
4 Inventaris Gaya Belajar David A. Kolb
Gaya Belajar | Karakteristik Pembelajaran |
1. Converger | Abstract Conceptualization + Active Experimentation |
Deskripsi :
- Kuat dalam penerapan praktis ide
- Dapat fokus pada penalaran hipo-deduktif pada masalah tertentu
- Tidak emosional
- Memiliki kepentingan yang sempit
Gaya Belajar | Karakteristik Pembelajaran |
2. Diverger | Concrete Experience + Reflective Observation |
Deskripsi :
- Kuat dalam kemampuan imajinatif
- Pandai menghasilkan ide dan melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda
- Tertarik pada orang
- Kepentingan budaya yang luas
Gaya Belajar | Karakteristik Pembelajaran |
3. Assimilator | Abstract Conceptualization + Reflective Observation |
Deskripsi :
- Kemampuan yang kuat untuk membuat model teoritis
- Unggul dalam penalaran induktif
- Lebih mementingkan konsep abstrak daripada orang
Gaya Belajar | Karakteristik Pembelajaran |
4. Accommodator | Concrete Experience + Active Experimentation |
Deskripsi :
- Kekuatan terbesar adalah melakukan sesuatu
- Lebih dari pengambil risiko
- Berkinerja baik ketika diperlukan untuk bereaksi terhadap keadaan langsung
- Memecahkan masalah secara intuitif
Experiential Learning Menurut Ahli
Teori Experiential Learning mendefinisikan belajar sebagai “proses dimana” pengetahuan di ciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan di hasilkan dari kombinasi menggenggam dan mengubah pengalaman. (Kolb 1984, Hal 41)
Cohen Walker (1993) mendefinisikan experiential learning sebagai pengalaman yang menjadi fondasi dari stimulus dalam proses belajar. Proses pembelajaran secara aktif ini membentuk sebuah konstruksi dari pengalaman mereka sendiri.
Yamazaki & Kayez (2004) menyatakan bahwa experiential learning menekankan totalitas dalam proses belajar manusia. Pengalaman menjadi fondasi yang membentuk empat tahap pembelajaran, yakni merasakan, merefleksikan, memikirkan, dan melakukan.
Association for Experiential Education (AEE), mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah falsafah dan metode dimana pendidik memotivasi peserta didik dengan terlibat secara langsung, dan juga upaya meningkatkan pengetahuan dilakukan dengan berfokus pada refleksi, serta meningkatkan keterampilan.
Menurut Beard & Wilson (2006) , experiential learning merupakan proses membuat rasa dari terlibat dalam aktivitas antara dunia dalam lingkungan belajar dan dunia luar lingkungan belajar. Maka, terjadi interaksi antara pembelajaran itu sendiri dengan lingkungan luar yang nyata, yang akhirnya menimbulkan suatu pembelajaran yang bermakna.
Savicki (2008) menyatakan bahwa metode experiential learning memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi dan sensitivitas antar budaya. Proses belajar menerima informasi secara lebih kritis dan dapat menyerap kompetensi lain yang berbeda dengan kompetensi yang memang telah dimiliki sebelumnya. Pada akhirnya, hal ini akan menghasilkan proses belajar yang sangat kuat dan positif.
Abdul Majid dan Chairul Rochman (2014) Model Experiential learning merupakan suatu metode belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajaran yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung.
Muhammad Fathurrohman (2015) Model Experiential learning adalah proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari bukku atau pendidik.
Metode El dan Relevansi Dengan Kegiatan Outbound
Secara general kegiatan outbound di Indonesia baik itu recreational, educational, dan Develeopmental atau outbound training menggunakan berbagai macam metode kegiatan. Seperti Adventure based learning process, Educational based learning process, Tourism based learning process dan lain sebagainya.
Namun yang harus di garis bawahi semua metode itu mengacu kepada pembelajaran pengalaman atau experiential learning yang menjadi sub bidang dari Experiential education atau pendidikan pengalaman.
Secara umum ada lima tahap dalam kegiatan pelatihan outbound yang sesuai dengan siklus metode experiential learning di atas.
Tahapan Program Kegiatan outbound
Berikut lima tahapan siklus pembelajaran dalam proses kegiatan outbound yang menggunakan metode pembelajaran berbasis pengalaman.
Lima tahapan siklus pembelajaran, adalah :
- Action & Doing : Adalah bentuk partisipasi aktif dan motivasi yang tinggi dari peserta dalam setiap kegiatan, untuk belajar dan menggali pengalaman yang baru. Di dalam aksi, peserta melakukan kegiatan dengan harapan menyerap apa yang di lihat, di dengar, di rasakan, dan di lakukan selama kegiatan berlangsung.
- Discussion : Adalah sesi untuk mengarahkan dan memperluas pengalaman dari aktivitas yang sudah di lakukan. Di dalam diskusi peserta mengungkapkan dan berbagi pengalaman serta mencari dan menemukan korelasi dari nilai pengalaman tersebut dengan kehidupan sehari – hari.
- Reflection : Merupakan perenungan dari nilai pembelajaran atau pengalaman di kegiatan, yang dapat berperan sebagai kunci nurani dan menjadi bagian dari proses pemahaman dan pengetahuan yang di peroleh.
- Change Plan : Pembentukan rencana perubahan berdasar nilai pembelajaran dan pengalaman yang di dapat oleh peserta, untuk kemudian di bentuk dalam sebuah perencanaan tindakan yang terukur.
- Applying : Merupakan sasaran utama dari kegiatan outbound, di mana peserta melaksanakan dan mengimplementasikan rencana perubahan dengan tujuan merubah dan berkembang ke arah lebih baik yang muncul dari hati nurani peserta.
Kesimpulan
Experiential Learning Sebagai Metode Pembelajaran kegiatan Outbound, di lihat dari unsur sejarah perkembangan kegiatan outbound / outward bound/ outbound management training di Indonesia dan dunia. Semua sepakat dan sepaham bahwa awal cikal bakal munculnya kegiatan outbound itu dengan cara pembelajaran berbasis pengalamaan atau experiential learning.
Singkatnya tahapan atau siklus metode experiential learning itu digunakan dalam setiap pelaksanaan program kegiatan outbound di Indonesia, baik untuk ranah rekreasi, edukasi serta pelatihan dan pengembangan.
Yang membedakan hanya tingkat kedalaman penggalian nilai dan objektif atau tujuan dari program outbound tersebut. Contohnya penanganan dengan siklus metode El dalam program rekreasi akan berbeda dengan program edukasi dan program outbound training dan development.
Baca Juga :